Dampak
dari Budaya Lomban
Seakan mengandung magnet Tradisi Lomban mampu menarik
perhatian banyak orang untuk berdatangan
dari berbagai daerah. Hal ini menjadi keuntungan sendiri bagi para pemilik
perahu maupun pedagang dan pengrajin. Perahu-perahu yang disewakan untuk
pengunjung juga sama perahu yang biasa melayani pengunjung di hari-hari (libur)
biasa. Tetapi dihiasi dengan bahan janur. Memang, biasanya saat kupatan ada
pertunjukan-pertunjukan hiburan rakyat yang jumlahnya relatif banyak. Dan,
situasi itu mengundang banyak pedagang untuk berjualan, baik jenis makanan
maupun suvenir (khas derah). Sekarang, berbagai lomba telah mulai berkurang.
Ritual tahunan kupatan, agaknya tak hanya untuk ajang rekresai tradisi
keluarga, tapi juga sebagai media bersilaturahmi antar pengunjung yang masih
memiliki ikatan sosial, apakah teman lama, tetangga kampung, ataupun yang
lainnya; jika di saat Lebaran mereka belum berjumpa.
Dari sisi ekonomi, tradisi lomban menjadi lahan produktif bagi masyarakat maupun pemilik kapal. Yang pada hari-hari biasa hanya bias mendapat sedikit pendapatan tapi pada saat lomban bias mendapat keuntungan berlipat-lipat. Warga pesisir yang memiliki usaha kerajinan tangan boleh merasakan berkat. Pedagang musiman, yang barangkali tak hanya berasal dari daerah setempat, tetapi daerah lain pun teranugerahi rezeki. Itu artinya, perputaran ekonomi yang masih dekat dengan masa Lebaran, yang memungkinkan uang dari pusat-pusat ekonomi tergelontorkan ke daerah boleh juga mereka cicipi demi menjaga keberlangsungan hidup keluarga.
Dari segi sosial, pesta lomban bisa menjadi sarana komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah maupun antar masyarakat sendiri untuk bertukar informasi dan menjalin hubungan sesama masyarakat. Momentum pesta lomban menunjukkan bahwa masyarakat memegang teguh tradisi yang telah ada untuk diwariskan kepada penerus-penerus bangsa, Khususnya di Jepara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar