Sejarah

Sejarah Lomban

Add caption
http://google.com
Lomban sudah ada kurang lebih 1 abad yang lalu, ketika pusat keramaian  Lomban berada di teluk Jepara dan berakhir di Pulau Kelor. Saat itu Tradisi Lomban merupakan kegiatan yang paling meriah bagi masyarakat nelayan di Jepara. Pada hari itu, Masyarakat akan bangun pagi hari untuk mempersipakan bebagai keperluan Lomban. Setelah itu mereka menuju perahu mereka masing-masing. Dengan di iringi Bunyi gamelan kebogiri Perahu-perahu tersebut berangkat menuju Pulau Kelor, setibanya di pulau tersebut  mereka pun akan menikmati makanan masing-masing dan saling berbagi dengan yang lain. Setelah itu, mereka akan berziarah ke makam Encik Lanang, yaitu tokoh yang membantu dalam perang Bali yang kemudian atas jasanya oleh Pemerintah Hindia Belanda dipinjamkan Pulau Kelor untuk ditinggalinya. Pada awalnya Tradisi Lomban merupakan pesta para nelayan di wilayah Kab. Jepara, namun seiring berjalannya waktu perkembangan tradisi ini telah menjadi milik masyarakat Jepara pada umumnya. Tradisi Lomban ini merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan.   
Selain bada lomban, dikenal pula bada kupat” karena pada umumnya masyarakat Jepara merayakannya dengan memasak kupat (ketupat) dan lepet. Ketupat berasal dari kata “Ngaku Lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Maksudnya, dengan adanya ketupat ini diharapkan masyarakat mau menyadari kesalahannya masing-masing. sehingga mereka bisa saling memaafkan satu sama lain.
Selain kupat, makanan khas Jepara pada saat lomban adalah lepet. Lepet hampir seperti ketupat  yang membedakan lepet dengan ketupat adalah bahan pembuatnya yaitu terbuat dari ketan disertai parutan kelapa dan diberi garam. sehingga lepet ini rasanya lebih gurih jika dimakan tanpa lauk. Lepet memiliki arti luput atau keliru (salah),  artinya agar mereka dijauhkan dari kesalahan dan kekeliruan. pada tradisi lomban sendiri rasanya kurang lengkap tanpa kehadiran kupat dan lepet ini. Karena, makanan ini sudah seperti makanan yang wajib ada saat Syawalan (Lomban). 

1 komentar: